TUGAS BAHASA INDONESIA
ANALISIS TEKS EKSPLANASI
GERHANA BULAN
ANGGOTA KELOMPOK:
Gede Agas Pradhitya Wiguna
Komang Sudaryanta
Kadek Yogi Sutrisna Aditya
Maulana Walid
Tahun
pelajaran : 2018/2019
SMK
Negeri 3 Singaraja
ANALISIS
TEKS EKSPLANASI
Gerhana
Bulan 28 Juli 2018 Memicu Gempa Lombok
Untuk
itulah fenomena akhir Juli 2018 ini dikenal sebagai micro Blood Moon atau
"Bulan Darah" berukuran mikro.
Micro blood Moon terjadi ketika Bulan berada pada titik orbit
terjauh dari Bumi, atau apogee --berbeda dengan Supermoon yang terjadi ketikan
Bulan berada pada titik orbit terdekat dengan Bumi, atau perigee.
Jadi,
selain ukurannya yang 15 persen lebih kecil dari Supermoon, cahaya yang
dipantulkan oleh micro Blood Moon juga jauh lebih sedikit, yakni hanya
sekitar 30 persen, sehingga akan terlihat suram.
Gerhana dan Kesejajaran Benda Antariksa Menyebabkan Gempa?
Sementara
para pengamat dan khalayak menikmati micro Blood Moon yang mempesona,
seorang prakirawan seismik mengklaim bahwa gerhana Bulan itu mampu memicu gempa Bumi.
Frak
Hoogerbeets (49) dalam situs web pemantau gempanya, Ditranium.org,
pada 24 Juli 2018 lalu meramal, kesejajaran benda antariksa --seperti pada
gerhana micro Blood Moon dan yang lainnya-- akan berdampak pada peningkatan
aktivitas seismik dan tektonik di Planet Biru kita ini.
Hoogerbeets
menggunakan cara yang tidak diakui luas oleh komunitas ilmiah, yakni memprediksi
gempa Bumi dengan keterkaitannya pada kesejajaran antar benda antariksa.
"Setiap
kali tiga benda antariksa di Tata Surya kita mengalami kesejajaran, akan ada
gempa yang signifikan terjadi pada satu dua hari sebelum atau sesudahnya,"
klaimnya.
Selain
soal gerhana, Hoogerbeets menyajikan contoh soal kesejajaran Bumi dengan planet
lain di Tata Surya yang menurutnya, mampu memicu gempa.
"Bumi
telah berada di antara Mars dan Merkurius selama beberapa pekan terakhir dan
sedikit tarikan gravitasi dari kedua belah pihak dapat mengganggu lempeng
tektonik Bumi," Hoogerbeets memprediksi,
"Pada
tanggal 15 Juli 2018, Bulan mulai menghadapi resonansi elektromagnetik dari
planet Merkurius dan Mars. Dan (resonansi elektromagnetik itu) akan berlangsung
hingga tanggal 27 Juli."
Dan
kondisi itu, menurut 'ramalan' Hoogerbeets, dapat memicu gempa.
Ia
juga mendasari ramalan tersebut atas kondisi serupa pada beberapa tahun
sebelumnya.
"Geometri
benda langit itu pada tahun ini mirip seperti pada akhir April 2016 ketika gempa
bumi berkekuatan 7 SR terjadi di Vanuatu dan berkekuatan 6,6 SR di sepanjang
Kenaikan Timur Laut Pasifik."
Mengingat
kondisi kesejajaran benda langit tahun ini sama seperti pada tahun 2016, maka
Hoogerbeets memperkirakan bahwa resonansi magnetik itu"Akan memicu
terjadinya peningkatan aktivitas seismik tektonik pada 23-26 Juli 2018 dengan
kemungkinan terjadi gempa berkekuatan rendah hingga maksimal 6 SR."
"Sedangkan
pada tanggal 27-30 Juli merupakan titik kritis, dengan potensi terjadi gempa
berkekuatan 6-7 SR," tanpa menyebut lokasi di mana gempa itu mungkin
terjadi.
Kata Ilmuwan LIPI
Lima
hari usai Frank Hoogerbeets merilis prediksi tersebut pada situs web pemantau
gempanya Ditranium.org,
gempa berkekuatan 6,4 SR terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia pada
29 Juli 2018.
Meski
tampak menunjukkan bahwa 'ramalan' Hoogerbeets tepat, namun, beberapa ilmuwan
berpendapat lain.
"Kalo
disangkut-pautkan dengan gempa di Lombok, saya kira tidak ada
hubungannya," kata Danny Hilman Natawidjaja dari Pusat Penelitian
Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat dihubungi Liputan6.com,
Minggu 29 Juli 2018.
"Pertama,
gempa-nya (di Lombok) sendiri terjadi sehari setelah gerhana Bulan. Kedua, agar
suatu gerhana bisa menyebabkan gempa Bumi, maka span (rentang)
waktu terjadinya gerhana itu harus berlangsung sangat lama sekali."
"Selain
itu, butuh daya tarik gravitasi yang besar juga dalam sebuah kesejajaran antar
benda antariksa, agar hal itu mampu menghasilkan gempa di Bumi. Sementara
gerhana yang kemarin itu, daya tarik gravitasi-nya kecil sekali dan sangat
kecil pula memicu gempa."
Terkait
apakah kesejajaran benda antariksa dan gerhana Bulan dapat
dijadikan sebagai faktor untuk memprediksi gempa, Danny mengatakan, "Bisa
saja sebetulnya ... dan masih masuk ranah sains. Tapi ya tadi, kecil sekali
kemungkinannya."
HASIL DISKUSI
KELOMPOK
1. Informasi fakta
A. Micro Blood Moon terjadi ketika bulan
berada pada titik orbit terjauh dari bumi
B. Micro Blood Moon lebih kecil
dibandingkan dengan SuperMoon
C. Micro Blood Moon berbeda dengan
SuperMoon, Mikro Blood Moon terjadi ketika bulan berada pada titik orbit
terjauh dari bumi,sedangkan SuperMoon terjadi ketika bulan berada pada titik
orbit terdekat dari bumi
2.
Hubungan
Klausalitas
A.
Gerhana Bulan memicu gempa bumi
3.
Ulasan teks
ini terdapat ulasan sehingga teks ini kurang bagus
4.
Bagan
Terjadinya Gerhana Bulan