Selasa, 08 Desember 2015

PEMBELAJARAN TEATER 3

MATERI  workshop PKB VOKASI LUAR JAWA DI BALI 2015  
29 NOVEMBER sd 12 DESEMBER 2015\PPPTK YOGYAKARTA
TEMPAT: QUEST HOTEL
                  JL. MAHENDRADATA NO. 93 DENPASAR BALI 80117
                   TELP. (0361) 4717000 FAX. (0361) 4717111
 


3.
PERMAINAN TEATER (THEATER GAMES)
Oleh: Eko Santosa

1.      Konsentrasi
Untuk menciptakan satu kesatuan rasa di antara peserta didik dalam mempelajari praktik seni teater maka permainan yang bersifat meningkatkan daya konsentrasi diperlukan.  Selain konsentrasi, fokus, serta pengendalian diri, permainan di bawah ini juga sangat berguna untuk mengikat kekuatan rasa di antara peserta;

a.      Hitung 20
Semua peserta berdiri melingkar, pandangan lurus menatap ke depan, posisi tubuh rileks (santai) tanpa ada ketegangan. Kemudian peserta diminta untuk menghitung 1-20 secara berurutan tanpa diketahui siapa dulu yang memulai dan siapa kemudian yang melanjutkan. Artinya, siapa saja boleh memulai dengan menyebut angka 1 kemudian yang lainnya (siapa saja) boleh meneruskan dengan menyebut angka 2 dan seterusnya. Jika pada satu hitungan ada 2 atau 3 peserta mengucapkan angka bersama-sama maka proses menghitung harus dimulai dari awal lagi.
Variasi:
Untuk menambahkan variasi, latihan ini bisa dilakukan dengan mata tertutup. Variasi lain adalah; peserta dipersilakan duduk di tempat yang agak berjauhan dari peserta yang lain dengan mata terpejam, kemudian hitungan dimulai.
Catatan:
Jika latihan dilakukan setiap hari maka hasilnya akan semakin baik karena antar peserta saling dapat memahami perasaan dan emosi masing-masing sehingga hitungan dari angka 1-20 akan berjalan dengan lancar tanpa ada hitungan yang dilakukan bersama-sama.

b.      BANG! (DOR!)
Semua peserta berdiri melingkar, mata terpejam, tubuh rileks tanpa ada tegangan. Pelatih akan menyentuh salah satu peserta kemudian meminta semua peserta membuka mata. Peserta yang telah disentuh oleh pelatih kemudian berteriak BANG! atau DOR! (boleh pilih) sambil bergaya seperti cowboy dengan dua pistol di tangannya dan kemudian serentak semua peserta menirukan dengan gaya yang sama. Latihan ini bisa dikerjakan berulang-ulang sampai semua peserta bisa benar-benar serempak dalam waktu bersamaan ketika menirukan gaya cowboy menembak tersebut.
Variasi:
Untuk menambah variasi, latihan bisa dikerjakan dengan semua mata peserta tetap terpejam. Jadi ketika pelatih menyentuh seorang peserta kemudian dengan serta merta peserta tersebut berteriak dan bergaya BANG! dan langsung ditirukan oleh peserta lain. Variasi lain adalah, mata peserta dalam keadaan terbuka dan tanpa disentuh oleh pelatih salah seorang berinisiatif melakukan BANG! dan ditirukan yang lain. Jika ada dua orang yang berinisiatif melakukan BANG! bersamaan maka harus diulang.
c.        Cermin
Peserta berpasangan satu-satu saling berhadapan. Satu orang betindak sebagai cermin dan yang satu bertindak sebagai orang yang bercermin. Meskipun orang yang bercermin bebas melakukan gerakkan tetapi inti permainan ini adalah ketepatan dan kebersamaan gerak yang dilakukan baik oleh orang maupun cermin. Oleh karena itu gerakan harus dilakukan secara perlahan dan mengalir. Sebagai contoh; kedua tangan pasangan saling berhadapan tetapi tidak menempel, kemudian mulailah gerakan perlahan dari kedua telapak tangan tersebut, ke atas, bawah, melingkar dan sebagainya. Jika sudah menemukan keserasian gerak bisa ditambah dan dikembangkan.
Jika para peserta serius dalam mengerjakan permainan ini, pada titik tertentu orang tidak akan bisa membedakan siapa yang bertindak sebagai cermin dan siapa yang bertindak sebagai orang yang sedang becermin.
Variasi:
Untuk mendongkrak daya imaji dan konsentrasi, latihan pertama bisa dimulai dengan tepukan oleh instruktur. Setelah berjalan beberapa saat instruktur memberi tepukan dan peserta berganti peran, yang menjadi cermin ganti menjadi orang dan demikian sebaliknya. Setelah latihan saling bergantian ini, latihan bisa dilanjutkan dengan presentasi satu pasangan di depan peserta lain secara bergantian.
Untuk pengembangan variasi, permainan cermin yang mengeksplorasi gerak ini bisa diganti dengan cermin suara. Artinya, bukan lagi gerak yang harus dilakukan bersama oleh orang dan cermin tetapi suara atau bunyi.
Pengembangan berikutnya, permainan cermin dilakukan dengan gerak dan suara sekaligus, pasti sangat seru dan menarik.

d.   Hipnotis
Peserta duduk melingkar. Seorang peserta berdiri di tengah lingkaran sebagai penghipnotis. Aturan permainan; peserta yang ada di tengah lingkaran (penghipnotis) bebas menunjuk temannya dengan menggunakan telapak tangan, lutut, kaki, jari, dan sebagainya. Peserta yang ditunjuk berpura-pura terhipnotis sehingga tatapan mata dan seluruh tubuhnya mengikuti arah gerak anggota tubuh yang digunakan untuk menunjuk oleh penghipnotis (misalnya; telapak tangan). Jika peserta yang lain ditunjuk dengan jari maka mata dan seluruh tubuhnya mengikuti arah gerak jari penghipnotis. Permainan akan menjadi menarik karena, penghipnotis dapat menggerakkan dan mengendalikan peserta lain dengan menggunakan anggota tubuhnya, sedangkan peserta yang ditunjuk harus mengikuti kendali anggota tubuh penghipnotis.
Catatan:
Permainan ini membutuhkan konsentrasi karena jika penghipnotis menunjuk lebih dari dua orang dengan anggota tubuhnya maka ia harus memiliki kreatifitas tinggi untuk mengendalikan sebab jika tidak maka ia akan kehabisan akal dan gerakannya terhenti. Juga bagi peserta yang  terhipnotis, ia harus mengkonsentrasikan tatapan matanya tertuju ke anggota badan yang digunakan untuk menunjuk (menghipnotis)nya.

e.    Tebak Mata
Selain melatih konsentrasi, latihan tebak mata berfungsi untuk saling memahami antar peserta. Latihan dimulai dengan membagi peserta berpasangan. Setiap pasangan saling berhadapan. Salah satu peserta memejamkan mata, kemudian setelah beberapa saat peserta yang lain menutup salah satu mata dengan tangannya (misal mata kanan ditutup dengan telapak tangan). Berikutnya adalah tugas peserta yang menutup mata untuk menebak sebelah mana pasangannya yang terbuka (dalam hal ini mata kiri). Kemudian dengan membuka salah satu matanya, peserta yang tadi menutup mata mencoba menebak. Jika ia membuka mata kirinya saja berarti salah karena matanya akan menatap telapak tangan kawannya. Jika ia membuka mata sebelah kanan berarti benar karena ia akan menatap mata kawannya.
Latihan ini harus dikerjakan dengan penuh konsentrasi sebab jika tidak kemungkinan tebakan salah akan lebih besar daripada kemungkinan tebakan benar.
Catatan:
Permainan ini bisa dilakukan sambil duduk atau berdiri.

2.   Tenaga
Yang dimaksud dengan “tenaga” di sini adalah permainan yang membutuhkan kesiapan fisik, stamina, sportifitas, dan kekompakan. Jenis permainan ini dapat digunakan untuk pemanasan (warming up) sekaligus untuk melatih jiwa dan semangat kebersamaan.

a.      Line Up (Berbaris)
Peserta dibagi dalam beberapa grup, masing-masing grup minimal 5-6 orang. Aturan permainannya adalah; masing-masing grup harus berlomba adu cepat berdiri secara berurutan dalam barisan berdasarkan instruksi. Misalnya, insturuktur memberikan instruksi, “berbaris berdasar ukuran sepatu terkecil” maka setiap grup akan saling bertanya ukuran sepatu yang dimiliki, kemudian segera berdiri berbaris mulai dari yang memiliki ukuran sepatu terkecil di depan hingga yang memiliki ukuran sepatu paling besar. Grup yang sudah menyelesaikan barisan segera berteriak “Siap!”. Instruktur segera mengecek masing-masing grup apakah urutan yang dibuat sudah benar.  Grup yang kalah karena urutannya salah atau karena waktu berbaris membuat urutan lebih lambat mendapat hukuman. Hukuman bisa disepakati antara instruktur dan seluruh peserta.
Beberapa urutan yang bisa diinstruksikan;
-          Urut berdasar tanggal kelahiran
-          Urut berdasar bulan kelahiran
-          Urut berdasar tahun kelahiran
-          Urut berdasar huruf awal nama peserta
-          Urut berdasar nomor induk
-          Dan lain sebagainya.



b.     Captain On Deck (Kapten Di Atas Kapal)
Sebelum bermain perlu dipertimbangkan jumlah peserta dan luas areal yang dimiliki karena permainan ini membutuhkan banyak gerak. Aturan permaiannya; jika instruktur berkata “UTARA” maka semua peserta yang ada dalam areal permainan berlomba cepat bergerak ke arah utara, “SELATAN” semua peserta berebut cepat ke arah selatan, “BARAT” semua peserta bergerak cepat ke barat, “TIMUR” semua peserta bergerak cepat ke timur. Jika instruktur berkata “KANON” semua peserta berlomba cepat untuk tiarap atau telentang di lantai. Jika instruktur berkata “FISH OUT  OF WATER atau MAN ON BOARD (IKAN DI LUAR AIR atau ORANG DI PAPAN (boleh pilih salah satu perintah ini, cari yang mudah saja) maka semua peserta tidak boleh menyentuh lantai, mereka harus berlomba untuk mencari tempat berpijak selain lantai. Jika instruktur berkata “CAPTAIN ON DECK atau KAPTEN DI ATAS DEK (boleh pilih salah satu), maka semua peserta harus berdiri tegap menghadap instruktus memberi hormat sambil berkata “Siap Kapten!”.
Dalam permaianan ini hanya ada satu pemenang. Peserta dinyatakan kalah atau tersisih jika dia paling lambat atau salah dalam mengikuti perintah. Peserta yang tersisih mendapat hukuman dan duduk diluar areal permainan, menyaksikan kelanjutan permainan tersebut sampai selesai sambil  memberi semangat pemain lainnya.

c.      Piring Putar
Semua peserta duduk melingkar. Sebelum permainan dimulai setiap peserta memilih nama masing-masing, misalnya semua peserta menggunakan nama hewan, jadi nama masing-masing peserta sekarang berganti dengan nama binatang. Setiap peserta wajib mengenali dan hapal namanya sendiri serta nama beberapa rekannya (dalam hal ini binatang). Setelah semua punya nama, instruktur berada di tengah lingkaran sambil bersiap memutar sebuah piring di atas lantai (usahakan dari plastik), ketika piring berputar, instruktur menyebut sebuah nama (dalam hal ini binatang) misalnya; ‘KUDA’ maka pemain yang merasa dirinya bernama KUDA harus segera menuju tengah lingkaran dan menangkap piring yang sedang berputar tersebut. Jika ia gagal, dalam artian piring jatuh, maka ia dinyatakan kalah dan mendapat hukuman. Jika ia berhasil maka kemudian ia ganti memutar piring dan menyebutkan salah satu nama. Nama yang dipanggil segera menangkap piring tersebut, demikian seterusnya sampai semua mendapat giliran.
Variasi:
Jika salah seorang gagal, peserta yang lain berkata “HUUUUUU...” dan peserta yang gagal tidak boleh ikut lagi dalam permainan. Jika seorang peserta berhasil, peserta lain bekata “HOREEEEEE...”
Catatan:
Peserta yang dinyatakan kalah tidak hanya karena tidak berhasil menangkap piring yang sedang berputar di atas lantai tetapi bisa jadi karena peserta yang sedang memutar piring salah dalam menyebut nama, misalnya ia menyebut “MONYET” sementara MONYET adalah namanya sendiri atau si MONYET telah tersisih karena sudah kalah.

d.     Elang dan Ayam
Sebelum bermain perlu dipertimbangkan jumlah peserta dan luas areal yang dimiliki karena permainan ini membutuhkan banyak gerak. Aturan permainan; seorang peserta ditunjukan sebagai elang, satu peserta yang lain sebagai induk ayam dan sisa peserta menjadi anak-anak ayam. Tugas Elang adalah mencuri anak-anak ayam dan tugas induk ayam adalah melindungi anak-anaknya, sementara anak ayam mengikuti dari belakang (berbaris) kemanapun sang induk pergi. Jika satu anak ayam tertangkap maka ia berubah menjadi elang. Semakin banyak anak ayam tertangkap maka semakin banyak elang dan permainan menjadi semakin mudah hingga akhirnya seluruh anak ayam menjadi elang.
Jika areal terlalu luas maka lebih baik dimulai dengan 2 ekor elang, sehingga kerja elang tidak terlalu sulit dalam menangkap ayam.
Jika jumlah peserta banyak maka buatlah menjadi dua ayam dan dua ekor elang sedangkan anak-anak ayam di bagi dua.
(permaianan akan semakin menarik jika anak-anak ayam menciap-ciap setiap mengikuti gerak sang induk)

3.   Imajinasi, Karakter, dan Kreatifitas
Dalam permainan ini wilayah yang coba dirangsang dan dibangkitkan adalah imajinasi, pendalaman karakter serta kreatifitas. Setiap anak memiliki imajinasi kreativitasnya sendiri, jika imajinasi dirangsang untuk tumbuh dan berkembang dalam arahan yang baik maka tidak mustahil akan tercipta karya-karya kreatif dari anak-anak.

a.    Crossing (Menyeberang)
Latihan ini sangat menyenangkan dan menantang keberanian serta imajinasi peserta. Peserta dibagi dalam kelompok dengan anggota 4 atau 5 orang. Kemudian satu kelompok diminta untuk berjajar dengan jarak renggang di salah satu sisi areal permainan (kelompok lain memperhatikan dan tidak boleh mengganggu atau mengkomentari). Tugas dari kelompok ini adalah menyeberangi ruangan (areal permaianan) dengan ekspresi wajah, tubuh, tangan, cara berjalan secara bebas sesuai imajinasi dan interpretasi masing-masing seperti yang diminta oleh struktur. Misalnya instruktur meminta peserta untuk mengekspresikan KESEDIHAN, maka dengan penghayatan, imajinasi, kreatifitas masing-masing peserta menyeberangi ruangan dengan ekspresi kesedihan sesuai pemahaman masing-masing. Proses menyeberang dilakukan dengan penghayatan dan tidak terburu-buru untuk sampai ke sisi lain ruangan. Setelah sampai ke titik henti (sisi lain ruang), instruktur memberi arahan ekspresi:
-          KEMATIAN
-          KEGEMBIRAAN
-          BADUT
-          KENDARAAN
-          MENJIJIKKAN
-          BINATANG
-          SUPER MODEL
-          SUPER HERO
-          PEJABAT
-          ARTIS
-          Dan lain sebagainya.
Terakhir (setelah dirasa cukup) instruktur memberi arahan peserta untuk melakukan ekspresi favorit dari keseluruhan ekspresi yang telah dilakukan. Setelah kelompok pertama selesai dilanjutkan dengan kelompok berikutnya sampai semua peserta mendapatkan giliran.
Catatan:
Latihan ini sangat membantu peserta untuk membagkitkan ingatan (memori) terhadap karakter yang diarahkan oleh instruktur, misal karakter KESEDIHAN mungkin akan membangkitkan memori peserta terhadap ekspresi film sedih atau ekspresi orang ketika kehilangan harta bendanya dan lain sebagainya. Lebih jauh dengan memiliki ingatan karakter maka peserta akan memiliki kekayaan batin serta empati terhadap karakter yang diperankan.

b.   Emotion Replay (Emosi Berulang)
Peserta dibagi dalam kelompok kecil misalnya satu kelompok 3 atau 4 orang. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk membuat adegan singkat dengan cerita yang sangat sederhana. Berilah waktu 5 atau 10 menit jika perlu untuk merancang adegan tersebut. Seteleh semua kelompok selesai dengan rancangan adegannya maka selanjutnya adalah presentasi masing-masing kelompok. Ketika satu kelompok sedang memperagakan adegan yang telah dibuat, kelompok lain menonton dan tidak mengganggu. Begitu satu kelompok selesai mempresentasikan adegannya instruktur menambahkan emosi baru dalam adegan tersebut dan kelompok tersebut kembali mempresentasikan adegan yang tadi tetapi dengan muatan emosi baru yang diberikan oleh instruktur.
Misalnya;
Satu kelompok menyajikan adegan seorang pencuri yang ditangkap dan sedang diinterogasi oleh dua orang polisi. Dalam adegan ini si pencuri ketakutan dan kedua polisi galak serta tegas. Setelah adegan selesai, instruktur memberi arahan emosi misalnya; “GEMBIRA” maka kelompok tersebut harus mengulang adegan di atas tetapi dalam emosi gembira. Setiap tokoh sedang dalam keadaan gembira, baik pencuri ataupun polisi.
(Beberapa emosi yang dapat diberikan oleh instruktur; MARAH, SEDIH, TAKUT, MANJA, dan lain sebagainya)
Catatan:
Tentunya, adegan akan menjadi lain dari yang pertama dan menjadi menarik. Inti dari latihan ini adalah, sebuah cerita dapat berkembang atau dibuat berbeda sama sekali hanya dengan mengganti emosi para pelakunya. Bagi pelaku (pemain) permainan ini sangat menantang dan memberi pengalaman batin beragam terhadap sebuah karakter yang diperankan dengan emosi yang berbeda.


c.      Kata Berantai
Peserta berdiri melingkar. Aturan permainan; setiap peserta yang ditunjuk oleh instruktur mengucapkan satu kata dan kata-kata tersebut diupayakan memiliki hubungan atau kaitan sehingga dari kata-kata yang dilontarkan oleh peserta terbentuklah satu kalimat yang logis.
Permainan ini membutuhkan konsentrasi dan kreatifitas dalam merangkai kita, sebab kelihatannya mudah tetapi lumayan sulit dikerjakan.
Variasi:
Permainan ini bisa dikembangkan menjadi kalimat berantai, setiap peserta yang ditunjuk mengucapkan satu kalimat dan kalimat-kalimat tersebut diupayakan memiliki kaitan, nilai keindahan dan logis.
Permainan bisa dikembangkan dengan, setiap peserta yang mengucapkan kalimat diikuti dengan gaya dan ditirukan oleh peserta yang lain. Demikian seterusnya.
Catatan:
Latihan ini sangat memancing kreatifitas dan keberanian dalam menyusun kalimat serta memperagakannya. Kegembiraan akan tercapai manakala satu rangkaian kalimat indah dan logis dapat tersusun secara bersama.

4.   Membuat Karya Teater Sederhana
Teater secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah pertunjukan yang terjadi di atas panggung, disaksikan oleh penonton serta memiliki cerita berkonflik di dalamnya. Dari definisi umum tersebut dapat diketahui bahwa sebuah pertunjukan bisa disebut teater jika disajikan dihadapan penonton dan pertunjukan tersebut memiliki cerita yang di dalamnya terdapat konflik. Konflik secara sederhana dapat digambarakan sebagai perselisihan antara dua hal. Hal-hal tersebut dapat berupa; karakter, person, situasi, pendapat, atau hal-hal lain yang dapat menimbulkan perselisihan.
Konflik dalam teater harus termuat di dalam cerita. Secara sederhana sebuah cerita dapat dijadikan sebagai bahan untuk mementaskan teater jika memiliki kerangka atau struktur; pemaparan-konflik-penyelesaian. Jadi, jika cerita yang memaparkan “seorang pergi ke pasar lalu membeli buah dan sayuran setelah itu pulang kembali ke rumah dan memasak”, itu belum bisa disebut cerita untuk teater karena tidak ada konflik dan penyelesaian di dalamnya. Tetapi jika cerita tersebut dibuat demikian; “Seseorang pergi ke pasar hendak membeli buah dan sayur, di tengah jalan ia di hadang seorang pemuda. Pemuda tersebut berusaha merampas tasnya tapi ia membela tas tersebut mati-matian. Akhirnya, karena kalah tenaga pemuda tersebut berhasil merampas tas. Begitu sadar tasnya hilang ia segera berteriak, “maling, maling maling!!”. Seketika datanglah orang-orang yang mengejar pemuda tersebut. Akhirnya pemuda tersebut berhasil di tangkap dan tas berhasil diselamatkan.” Nah, cerita ini sudah memenuhi syarat jika diangkat ke dalam pementasan teater karena telah memiliki pemaparan (seseorang pergi ke pasar.....), konflik (pemuda tersebut berusaha merampas tasnya......), dan penyelesaian (Akhirnya pemuda tersebut berhasil ditangkap dan tas berhasil diselamatkan).
Dari bahan cerita sederhana seperti contoh di atas, sebuah teater bisa dipentaskan. Tetapi tentu saja diperlukan latihan untuk menampilkan cerita tersebut di atas pentas. Pembagian peran (siapa berperan sebagai apa), latihan gerak dan akting (bagaimana gaya bicara, gaya berjalan, emosi karakter yang akan diperankan), komposisi antar pemain, penambahan ilustrasi musik, tata rias-busana, dan dekorasi bisa dilatihkan secara bersama-sama. Setelah melalui serangkaian latihan maka karya teater yang telah dicipta bersama-sama bisa dtiampilkan di hadapan penonton. Ketika cerita tersebut dipentaskan di hadapan penonton maka, pertunjukan itu bisa disebut sebagai pertunjukan teater.
Selain cerita, puisi bahkan rangkaian kalimat bisa dijadikan sebagai sebuah pertunjukan teater asalkan memiliki ketentuan pemaparan-konflik-penyelesaian. Di bawah ini adalah contoh pertunjukan teater sederhana yang dicipta dari puisi sederhana;

Peserta dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok 10 orang.  Dalam setiap kelompok dibagi lagi menjadi dua sub, setiap bagian 5 orang. Misalnya kelompok A (terdiri dari sepuluh orang) dibagi menjadi dua sub; sub pertama (terdiri dari 5 orang) dan sub kedua (terdiri dari 5 orang). Selanjutnya instruktur memberikan tema misalnya; KEBANGGAAN DIRI.  Berikutnya, arahan diberikan agar setiap anggota dalam satu sub membuat satu kalimat puisi pendek yang berhubungan dengan kebanggaan diri. Kalimat tersebut kemudian diucapkan dengan gaya dan ditirukan oleh teman-teman subnya. Jadi jika dalam satu sub nanti akan ada 5 kalimat puisi dengan 5 gaya pengucapan.
Selanjutnya, kedua sub saling berhadapan, sub pertama melontarkan satu kalimat dengan gaya yang kemudian diikuti oleh kawan-kawannya. Setelah selesai kini giliran sub kedua dengan lontaran satu kalimat yang juga diikuti oleh kawan-kawannya. Begitu terus bergantian hingga lima kalimat selesai diucapkan.
Untuk menciptakan pertentangan (konflik), setelah semua selesai dengan kalimatnya, masing-masing sub adu kebanggaan misalnya; sub pertama berkata; “Akulah yang pandai”, sub kedua juga berkata; “Akulah yang paling pandai”. Lalu pertentangan dibuat memuncak dengan masing-masing sub bersahutan berkata “Aku” semakin tinggi hingga akhirnya mereka berkata “Aku” secara serempak. Setelah itu, hening sejenak dan instruktur mengarahkan untuka membuat satu kalimat penutup yang menyatakan bahwa tidak ada yang paling pandai misalnya; “Tidak ada yang paling pandai di dunia ini karena semua orang pandai dalam bidangnya masing-masing.” Kalimat ini diucapkan serempak bersama sebagai tanda berakhirnya pertentangan antar mereka.
Sekelumit adegan di atas jika ditambah dengan unsur gerak ketika memasuki panggung dan saat keluar panggung, ditambahi unsur bunyi-bunyian, tata busana dan dekorasi pasti akan menjadi sajian teater sederhana yang menarik. Jika dalam satu kelas ada 40 siswa, maka bisa dibuat menjadi 4 kelompok. Kelompok A di atas tampil dengan tema “kebanggan diri”, mungkin kelompok yang lain bisa tampil dengan tema yang lain misalnya; “Kebanggan Desa”, “Jagoan”, “Juara Kelas”, “Kemolekan penampilan”, dan lain sebagainya. Selamat berkarya! (-)