29 NOVEMBER sd 12 DESEMBER 2015\PPPTK YOGYAKARTA
TEMPAT: QUEST HOTEL
JL. MAHENDRADATA NO. 93 DENPASAR BALI 80117
TELP. (0361) 4717000 FAX. (0361) 4717111
3.
PERMAINAN TEATER (THEATER GAMES)
Oleh: Eko Santosa
1.
Konsentrasi
Untuk menciptakan satu kesatuan rasa di antara peserta
didik dalam mempelajari praktik seni teater maka permainan yang bersifat meningkatkan
daya konsentrasi diperlukan. Selain
konsentrasi, fokus, serta pengendalian diri, permainan di bawah ini juga sangat
berguna untuk mengikat kekuatan rasa di antara peserta;
a.
Hitung 20
Semua peserta berdiri melingkar, pandangan lurus menatap
ke depan, posisi tubuh rileks (santai) tanpa ada ketegangan. Kemudian peserta
diminta untuk menghitung 1-20 secara berurutan tanpa diketahui siapa dulu yang
memulai dan siapa kemudian yang melanjutkan. Artinya, siapa saja boleh memulai
dengan menyebut angka 1 kemudian yang lainnya (siapa saja) boleh meneruskan
dengan menyebut angka 2 dan seterusnya. Jika pada satu hitungan ada 2 atau 3
peserta mengucapkan angka bersama-sama maka proses menghitung harus dimulai
dari awal lagi.
Variasi:
Untuk menambahkan variasi, latihan ini bisa dilakukan
dengan mata tertutup. Variasi lain adalah; peserta dipersilakan duduk di tempat
yang agak berjauhan dari peserta yang lain dengan mata terpejam, kemudian
hitungan dimulai.
Catatan:
Jika latihan dilakukan setiap hari maka hasilnya akan
semakin baik karena antar peserta saling dapat memahami perasaan dan emosi
masing-masing sehingga hitungan dari angka 1-20 akan berjalan dengan lancar
tanpa ada hitungan yang dilakukan bersama-sama.
b.
BANG! (DOR!)
Semua peserta berdiri melingkar, mata terpejam, tubuh
rileks tanpa ada tegangan. Pelatih akan menyentuh salah satu peserta kemudian
meminta semua peserta membuka mata. Peserta yang telah disentuh oleh pelatih
kemudian berteriak BANG! atau DOR! (boleh pilih) sambil bergaya seperti cowboy
dengan dua pistol di tangannya dan kemudian serentak semua peserta menirukan
dengan gaya yang sama. Latihan ini bisa dikerjakan berulang-ulang sampai semua
peserta bisa benar-benar serempak dalam waktu bersamaan ketika menirukan gaya
cowboy menembak tersebut.
Variasi:
Untuk menambah variasi, latihan bisa dikerjakan dengan
semua mata peserta tetap terpejam. Jadi ketika pelatih menyentuh seorang
peserta kemudian dengan serta merta peserta tersebut berteriak dan bergaya
BANG! dan langsung ditirukan oleh peserta lain. Variasi lain adalah, mata
peserta dalam keadaan terbuka dan tanpa disentuh oleh pelatih salah seorang
berinisiatif melakukan BANG! dan ditirukan yang lain. Jika ada dua orang yang
berinisiatif melakukan BANG! bersamaan maka harus diulang.
c.
Cermin
Peserta berpasangan satu-satu saling berhadapan. Satu
orang betindak sebagai cermin dan yang satu bertindak sebagai orang yang
bercermin. Meskipun orang yang bercermin bebas melakukan gerakkan tetapi inti
permainan ini adalah ketepatan dan kebersamaan gerak yang dilakukan baik oleh
orang maupun cermin. Oleh karena itu gerakan harus dilakukan secara perlahan
dan mengalir. Sebagai contoh; kedua tangan pasangan saling berhadapan tetapi
tidak menempel, kemudian mulailah gerakan perlahan dari kedua telapak tangan
tersebut, ke atas, bawah, melingkar dan sebagainya. Jika sudah menemukan
keserasian gerak bisa ditambah dan dikembangkan.
Jika para peserta serius dalam mengerjakan permainan ini, pada
titik tertentu orang tidak akan bisa membedakan siapa yang bertindak sebagai
cermin dan siapa yang bertindak sebagai orang yang sedang becermin.
Variasi:
Untuk mendongkrak daya imaji dan konsentrasi, latihan
pertama bisa dimulai dengan tepukan oleh instruktur. Setelah berjalan beberapa
saat instruktur memberi tepukan dan peserta berganti peran, yang menjadi cermin
ganti menjadi orang dan demikian sebaliknya. Setelah latihan saling bergantian
ini, latihan bisa dilanjutkan dengan presentasi satu pasangan di depan peserta
lain secara bergantian.
Untuk pengembangan variasi, permainan cermin yang
mengeksplorasi gerak ini bisa diganti dengan cermin suara. Artinya, bukan lagi
gerak yang harus dilakukan bersama oleh orang dan cermin tetapi suara atau
bunyi.
Pengembangan berikutnya, permainan cermin dilakukan dengan
gerak dan suara sekaligus, pasti sangat seru dan menarik.
d.
Hipnotis
Peserta duduk melingkar. Seorang peserta berdiri di tengah
lingkaran sebagai penghipnotis. Aturan permainan; peserta yang ada di tengah
lingkaran (penghipnotis) bebas menunjuk temannya dengan menggunakan telapak
tangan, lutut, kaki, jari, dan sebagainya. Peserta yang ditunjuk berpura-pura
terhipnotis sehingga tatapan mata dan seluruh tubuhnya mengikuti arah gerak
anggota tubuh yang digunakan untuk menunjuk oleh penghipnotis (misalnya;
telapak tangan). Jika peserta yang lain ditunjuk dengan jari maka mata dan
seluruh tubuhnya mengikuti arah gerak jari penghipnotis. Permainan akan menjadi
menarik karena, penghipnotis dapat menggerakkan dan mengendalikan peserta lain
dengan menggunakan anggota tubuhnya, sedangkan peserta yang ditunjuk harus
mengikuti kendali anggota tubuh penghipnotis.
Catatan:
Permainan ini membutuhkan konsentrasi karena jika
penghipnotis menunjuk lebih dari dua orang dengan anggota tubuhnya maka ia
harus memiliki kreatifitas tinggi untuk mengendalikan sebab jika tidak maka ia
akan kehabisan akal dan gerakannya terhenti. Juga bagi peserta yang terhipnotis, ia harus mengkonsentrasikan
tatapan matanya tertuju ke anggota badan yang digunakan untuk menunjuk
(menghipnotis)nya.
e.
Tebak Mata
Selain melatih konsentrasi, latihan tebak mata berfungsi
untuk saling memahami antar peserta. Latihan dimulai dengan membagi peserta
berpasangan. Setiap pasangan saling berhadapan. Salah satu peserta memejamkan
mata, kemudian setelah beberapa saat peserta yang lain menutup salah satu mata
dengan tangannya (misal mata kanan ditutup dengan telapak tangan). Berikutnya
adalah tugas peserta yang menutup mata untuk menebak sebelah mana pasangannya
yang terbuka (dalam hal ini mata kiri). Kemudian dengan membuka salah satu
matanya, peserta yang tadi menutup mata mencoba menebak. Jika ia membuka mata
kirinya saja berarti salah karena matanya akan menatap telapak tangan kawannya.
Jika ia membuka mata sebelah kanan berarti benar karena ia akan menatap mata
kawannya.
Latihan ini harus dikerjakan dengan penuh konsentrasi
sebab jika tidak kemungkinan tebakan salah akan lebih besar daripada
kemungkinan tebakan benar.
Catatan:
Permainan ini bisa dilakukan sambil duduk atau berdiri.
2. Tenaga
Yang dimaksud dengan “tenaga” di sini adalah permainan
yang membutuhkan kesiapan fisik, stamina, sportifitas, dan kekompakan. Jenis
permainan ini dapat digunakan untuk pemanasan (warming up) sekaligus untuk melatih jiwa dan semangat kebersamaan.
a.
Line Up (Berbaris)
Peserta dibagi dalam beberapa grup, masing-masing grup
minimal 5-6 orang. Aturan permainannya adalah; masing-masing grup harus
berlomba adu cepat berdiri secara berurutan dalam barisan berdasarkan
instruksi. Misalnya, insturuktur memberikan instruksi, “berbaris berdasar
ukuran sepatu terkecil” maka setiap grup akan saling bertanya ukuran sepatu
yang dimiliki, kemudian segera berdiri berbaris mulai dari yang memiliki ukuran
sepatu terkecil di depan hingga yang memiliki ukuran sepatu paling besar. Grup
yang sudah menyelesaikan barisan segera berteriak “Siap!”. Instruktur segera
mengecek masing-masing grup apakah urutan yang dibuat sudah benar. Grup yang kalah karena urutannya salah atau
karena waktu berbaris membuat urutan lebih lambat mendapat hukuman. Hukuman
bisa disepakati antara instruktur dan seluruh peserta.
Beberapa urutan yang bisa diinstruksikan;
-
Urut berdasar tanggal kelahiran
-
Urut berdasar bulan kelahiran
-
Urut berdasar tahun kelahiran
-
Urut berdasar huruf awal nama peserta
-
Urut berdasar nomor induk
-
Dan lain sebagainya.
b.
Captain On Deck (Kapten Di Atas Kapal)
Sebelum bermain perlu dipertimbangkan jumlah peserta dan
luas areal yang dimiliki karena permainan ini membutuhkan banyak gerak. Aturan
permaiannya; jika instruktur berkata “UTARA” maka semua peserta yang ada dalam
areal permainan berlomba cepat bergerak ke arah utara, “SELATAN” semua peserta
berebut cepat ke arah selatan, “BARAT” semua peserta bergerak cepat ke barat,
“TIMUR” semua peserta bergerak cepat ke timur. Jika instruktur berkata “KANON”
semua peserta berlomba cepat untuk tiarap atau telentang di lantai. Jika
instruktur berkata “FISH OUT OF WATER
atau MAN ON BOARD (IKAN DI LUAR AIR atau ORANG DI PAPAN (boleh pilih salah satu
perintah ini, cari yang mudah saja) maka semua peserta tidak boleh menyentuh
lantai, mereka harus berlomba untuk mencari tempat berpijak selain lantai. Jika
instruktur berkata “CAPTAIN ON DECK atau KAPTEN DI ATAS DEK (boleh pilih salah
satu), maka semua peserta harus berdiri tegap menghadap instruktus memberi
hormat sambil berkata “Siap Kapten!”.
Dalam permaianan ini hanya ada satu pemenang. Peserta
dinyatakan kalah atau tersisih jika dia paling lambat atau salah dalam
mengikuti perintah. Peserta yang tersisih mendapat hukuman dan duduk diluar
areal permainan, menyaksikan kelanjutan permainan tersebut sampai selesai
sambil memberi semangat pemain lainnya.
c.
Piring Putar
Semua peserta duduk melingkar. Sebelum permainan dimulai
setiap peserta memilih nama masing-masing, misalnya semua peserta menggunakan
nama hewan, jadi nama masing-masing peserta sekarang berganti dengan nama
binatang. Setiap peserta wajib mengenali dan hapal namanya sendiri serta nama
beberapa rekannya (dalam hal ini binatang). Setelah semua punya nama,
instruktur berada di tengah lingkaran sambil bersiap memutar sebuah piring di
atas lantai (usahakan dari plastik), ketika piring berputar, instruktur
menyebut sebuah nama (dalam hal ini binatang) misalnya; ‘KUDA’ maka pemain yang
merasa dirinya bernama KUDA harus segera menuju tengah lingkaran dan menangkap
piring yang sedang berputar tersebut. Jika ia gagal, dalam artian piring jatuh,
maka ia dinyatakan kalah dan mendapat hukuman. Jika ia berhasil maka kemudian
ia ganti memutar piring dan menyebutkan salah satu nama. Nama yang dipanggil
segera menangkap piring tersebut, demikian seterusnya sampai semua mendapat
giliran.
Variasi:
Jika salah seorang gagal, peserta yang lain berkata
“HUUUUUU...” dan peserta yang gagal tidak boleh ikut lagi dalam permainan. Jika
seorang peserta berhasil, peserta lain bekata “HOREEEEEE...”
Catatan:
Peserta yang dinyatakan kalah tidak hanya karena tidak
berhasil menangkap piring yang sedang berputar di atas lantai tetapi bisa jadi
karena peserta yang sedang memutar piring salah dalam menyebut nama, misalnya
ia menyebut “MONYET” sementara MONYET adalah namanya sendiri atau si MONYET
telah tersisih karena sudah kalah.
d.
Elang dan Ayam
Sebelum bermain perlu dipertimbangkan jumlah peserta dan
luas areal yang dimiliki karena permainan ini membutuhkan banyak gerak. Aturan permainan;
seorang peserta ditunjukan sebagai elang, satu peserta yang lain sebagai induk
ayam dan sisa peserta menjadi anak-anak ayam. Tugas Elang adalah mencuri
anak-anak ayam dan tugas induk ayam adalah melindungi anak-anaknya, sementara
anak ayam mengikuti dari belakang (berbaris) kemanapun sang induk pergi. Jika
satu anak ayam tertangkap maka ia berubah menjadi elang. Semakin banyak anak
ayam tertangkap maka semakin banyak elang dan permainan menjadi semakin mudah
hingga akhirnya seluruh anak ayam menjadi elang.
Jika areal terlalu luas maka lebih baik dimulai dengan 2
ekor elang, sehingga kerja elang tidak terlalu sulit dalam menangkap ayam.
Jika jumlah peserta banyak maka buatlah menjadi dua ayam
dan dua ekor elang sedangkan anak-anak ayam di bagi dua.
(permaianan akan semakin menarik jika anak-anak ayam
menciap-ciap setiap mengikuti gerak sang induk)
3. Imajinasi,
Karakter, dan Kreatifitas
Dalam permainan ini wilayah yang coba dirangsang dan
dibangkitkan adalah imajinasi, pendalaman karakter serta kreatifitas. Setiap
anak memiliki imajinasi kreativitasnya sendiri, jika imajinasi dirangsang untuk
tumbuh dan berkembang dalam arahan yang baik maka tidak mustahil akan tercipta
karya-karya kreatif dari anak-anak.
a.
Crossing (Menyeberang)
Latihan ini sangat menyenangkan dan menantang keberanian
serta imajinasi peserta. Peserta dibagi dalam kelompok dengan anggota 4 atau 5
orang. Kemudian satu kelompok diminta untuk berjajar dengan jarak renggang di
salah satu sisi areal permainan (kelompok lain memperhatikan dan tidak boleh
mengganggu atau mengkomentari). Tugas dari kelompok ini adalah menyeberangi
ruangan (areal permaianan) dengan ekspresi wajah, tubuh, tangan, cara berjalan
secara bebas sesuai imajinasi dan interpretasi masing-masing seperti yang
diminta oleh struktur. Misalnya instruktur meminta peserta untuk
mengekspresikan KESEDIHAN, maka dengan penghayatan, imajinasi, kreatifitas
masing-masing peserta menyeberangi ruangan dengan ekspresi kesedihan sesuai
pemahaman masing-masing. Proses menyeberang dilakukan dengan penghayatan dan
tidak terburu-buru untuk sampai ke sisi lain ruangan. Setelah sampai ke titik
henti (sisi lain ruang), instruktur memberi arahan ekspresi:
-
KEMATIAN
-
KEGEMBIRAAN
-
BADUT
-
KENDARAAN
-
MENJIJIKKAN
-
BINATANG
-
SUPER MODEL
-
SUPER HERO
-
PEJABAT
-
ARTIS
-
Dan lain sebagainya.
Terakhir (setelah dirasa cukup) instruktur memberi arahan
peserta untuk melakukan ekspresi favorit dari keseluruhan ekspresi yang telah
dilakukan. Setelah kelompok pertama selesai dilanjutkan dengan kelompok
berikutnya sampai semua peserta mendapatkan giliran.
Catatan:
Latihan ini sangat membantu peserta untuk membagkitkan
ingatan (memori) terhadap karakter yang diarahkan oleh instruktur, misal
karakter KESEDIHAN mungkin akan membangkitkan memori peserta terhadap ekspresi
film sedih atau ekspresi orang ketika kehilangan harta bendanya dan lain
sebagainya. Lebih jauh dengan memiliki ingatan karakter maka peserta akan
memiliki kekayaan batin serta empati terhadap karakter yang diperankan.
b.
Emotion Replay (Emosi Berulang)
Peserta dibagi dalam kelompok kecil misalnya satu kelompok
3 atau 4 orang. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk membuat adegan
singkat dengan cerita yang sangat sederhana. Berilah waktu 5 atau 10 menit jika
perlu untuk merancang adegan tersebut. Seteleh semua kelompok selesai dengan
rancangan adegannya maka selanjutnya adalah presentasi masing-masing kelompok.
Ketika satu kelompok sedang memperagakan adegan yang telah dibuat, kelompok
lain menonton dan tidak mengganggu. Begitu satu kelompok selesai
mempresentasikan adegannya instruktur menambahkan emosi baru dalam adegan
tersebut dan kelompok tersebut kembali mempresentasikan adegan yang tadi tetapi
dengan muatan emosi baru yang diberikan oleh instruktur.
Misalnya;
Satu kelompok menyajikan adegan seorang pencuri yang
ditangkap dan sedang diinterogasi oleh dua orang polisi. Dalam adegan ini si
pencuri ketakutan dan kedua polisi galak serta tegas. Setelah adegan selesai,
instruktur memberi arahan emosi misalnya; “GEMBIRA” maka kelompok tersebut
harus mengulang adegan di atas tetapi dalam emosi gembira. Setiap tokoh sedang
dalam keadaan gembira, baik pencuri ataupun polisi.
(Beberapa emosi yang dapat diberikan oleh instruktur;
MARAH, SEDIH, TAKUT, MANJA, dan lain sebagainya)
Catatan:
Tentunya, adegan akan menjadi lain dari yang pertama dan
menjadi menarik. Inti dari latihan ini adalah, sebuah cerita dapat berkembang
atau dibuat berbeda sama sekali hanya dengan mengganti emosi para pelakunya.
Bagi pelaku (pemain) permainan ini sangat menantang dan memberi pengalaman
batin beragam terhadap sebuah karakter yang diperankan dengan emosi yang
berbeda.
c.
Kata Berantai
Peserta berdiri melingkar. Aturan permainan; setiap
peserta yang ditunjuk oleh instruktur mengucapkan satu kata dan kata-kata
tersebut diupayakan memiliki hubungan atau kaitan sehingga dari kata-kata yang
dilontarkan oleh peserta terbentuklah satu kalimat yang logis.
Permainan ini membutuhkan konsentrasi dan kreatifitas
dalam merangkai kita, sebab kelihatannya mudah tetapi lumayan sulit dikerjakan.
Variasi:
Permainan ini bisa dikembangkan menjadi kalimat berantai,
setiap peserta yang ditunjuk mengucapkan satu kalimat dan kalimat-kalimat
tersebut diupayakan memiliki kaitan, nilai keindahan dan logis.
Permainan bisa dikembangkan dengan, setiap peserta yang
mengucapkan kalimat diikuti dengan gaya dan ditirukan oleh peserta yang lain.
Demikian seterusnya.
Catatan:
Latihan ini sangat memancing kreatifitas dan keberanian
dalam menyusun kalimat serta memperagakannya. Kegembiraan akan tercapai
manakala satu rangkaian kalimat indah dan logis dapat tersusun secara bersama.
4. Membuat
Karya Teater Sederhana
Teater secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah
pertunjukan yang terjadi di atas panggung, disaksikan oleh penonton serta
memiliki cerita berkonflik di dalamnya. Dari definisi umum tersebut dapat
diketahui bahwa sebuah pertunjukan bisa disebut teater jika disajikan dihadapan
penonton dan pertunjukan tersebut memiliki cerita yang di dalamnya terdapat
konflik. Konflik secara sederhana dapat digambarakan sebagai perselisihan
antara dua hal. Hal-hal tersebut dapat berupa; karakter, person, situasi,
pendapat, atau hal-hal lain yang dapat menimbulkan perselisihan.
Konflik dalam teater harus termuat di dalam cerita. Secara
sederhana sebuah cerita dapat dijadikan sebagai bahan untuk mementaskan teater
jika memiliki kerangka atau struktur; pemaparan-konflik-penyelesaian.
Jadi, jika cerita yang memaparkan “seorang
pergi ke pasar lalu membeli buah dan sayuran setelah itu pulang kembali ke
rumah dan memasak”, itu belum bisa disebut cerita untuk teater
karena tidak ada konflik dan penyelesaian di dalamnya. Tetapi jika cerita
tersebut dibuat demikian; “Seseorang
pergi ke pasar hendak membeli buah dan sayur, di tengah jalan ia di hadang
seorang pemuda. Pemuda tersebut berusaha merampas tasnya tapi ia membela tas
tersebut mati-matian. Akhirnya, karena kalah tenaga pemuda tersebut berhasil
merampas tas. Begitu sadar tasnya hilang ia segera berteriak, “maling, maling
maling!!”. Seketika datanglah orang-orang yang mengejar pemuda tersebut.
Akhirnya pemuda tersebut berhasil di tangkap dan tas berhasil diselamatkan.”
Nah, cerita ini sudah memenuhi syarat jika diangkat ke dalam pementasan teater
karena telah memiliki pemaparan (seseorang
pergi ke pasar.....), konflik (pemuda
tersebut berusaha merampas tasnya......), dan penyelesaian (Akhirnya pemuda tersebut berhasil
ditangkap dan tas berhasil diselamatkan).
Dari bahan cerita sederhana seperti contoh di atas, sebuah
teater bisa dipentaskan. Tetapi tentu saja diperlukan latihan untuk menampilkan
cerita tersebut di atas pentas. Pembagian peran (siapa berperan sebagai apa),
latihan gerak dan akting (bagaimana gaya bicara, gaya berjalan, emosi karakter
yang akan diperankan), komposisi antar pemain, penambahan ilustrasi musik, tata
rias-busana, dan dekorasi bisa dilatihkan secara bersama-sama. Setelah melalui
serangkaian latihan maka karya teater yang telah dicipta bersama-sama bisa
dtiampilkan di hadapan penonton. Ketika cerita tersebut dipentaskan di hadapan
penonton maka, pertunjukan itu bisa disebut sebagai pertunjukan teater.
Selain cerita, puisi bahkan rangkaian kalimat bisa
dijadikan sebagai sebuah pertunjukan teater asalkan memiliki ketentuan pemaparan-konflik-penyelesaian. Di
bawah ini adalah contoh pertunjukan teater sederhana yang dicipta dari puisi
sederhana;
Peserta dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok
10 orang. Dalam setiap kelompok dibagi
lagi menjadi dua sub, setiap bagian 5 orang. Misalnya kelompok A (terdiri dari
sepuluh orang) dibagi menjadi dua sub; sub pertama (terdiri dari 5 orang) dan
sub kedua (terdiri dari 5 orang). Selanjutnya instruktur memberikan tema misalnya;
KEBANGGAAN DIRI. Berikutnya, arahan
diberikan agar setiap anggota dalam satu sub membuat satu kalimat puisi pendek
yang berhubungan dengan kebanggaan diri. Kalimat tersebut kemudian diucapkan
dengan gaya dan ditirukan oleh teman-teman subnya. Jadi jika dalam satu sub
nanti akan ada 5 kalimat puisi dengan 5 gaya pengucapan.
Selanjutnya, kedua sub saling berhadapan, sub pertama
melontarkan satu kalimat dengan gaya yang kemudian diikuti oleh kawan-kawannya.
Setelah selesai kini giliran sub kedua dengan lontaran satu kalimat yang juga
diikuti oleh kawan-kawannya. Begitu terus bergantian hingga lima kalimat
selesai diucapkan.
Untuk menciptakan pertentangan (konflik), setelah semua
selesai dengan kalimatnya, masing-masing sub adu kebanggaan misalnya; sub
pertama berkata; “Akulah yang pandai”, sub kedua juga berkata; “Akulah yang
paling pandai”. Lalu pertentangan dibuat memuncak dengan masing-masing sub
bersahutan berkata “Aku” semakin tinggi hingga akhirnya mereka berkata “Aku”
secara serempak. Setelah itu, hening sejenak dan instruktur mengarahkan untuka
membuat satu kalimat penutup yang menyatakan bahwa tidak ada yang paling pandai
misalnya; “Tidak ada yang paling pandai di dunia ini karena semua orang pandai dalam
bidangnya masing-masing.” Kalimat ini diucapkan serempak bersama sebagai tanda
berakhirnya pertentangan antar mereka.
Sekelumit adegan di atas jika ditambah dengan unsur gerak
ketika memasuki panggung dan saat keluar panggung, ditambahi unsur bunyi-bunyian,
tata busana dan dekorasi pasti akan menjadi sajian teater sederhana yang
menarik. Jika dalam satu kelas ada 40 siswa, maka bisa dibuat menjadi 4
kelompok. Kelompok A di atas tampil dengan tema “kebanggan diri”, mungkin
kelompok yang lain bisa tampil dengan tema yang lain misalnya; “Kebanggan
Desa”, “Jagoan”, “Juara Kelas”, “Kemolekan penampilan”, dan lain sebagainya.
Selamat berkarya! (-)