A. Kegiatan Belajar 8
1) Tujuan Pembelajaran 8
ü Siswa mampu menjelaskan peran dan
fungsi unsur pokok pembentuk teater
ü Siswa mampu menjelaskan keterkaitan
unsur pokok pembentuk teater dalam menyampaikan pesan melalui sebuah
pertunjukan
ü Siswa mampu menjelaskan kerjasama
antar unsur penyampai pesan (cerita, sutradara, pemain) agar makna pesan dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan (penonton)
ü Siswa mampu menjelaskan kerjasama
unsur pokok dan pendukung (tata panggung, busana, rias, cahaya, suara, dan
musik ilustrasi) dalam mempertegas makna pesan yang akan disampaikan.
2) Uraian Materi
Sebelum pembelajaran ini,
tentu Anda telah memahami pengertian teater. Pengertian teater perlu
disampaikan kembali untuk menjembatani pembelajaran ini. Teater berasal dari Bahasa Yunani
“theatron”, yang berarti “tempat untuk menonton. Teater adalah cabang dari seni pertunjukan
yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan
penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik,
boneka, musik, tari dan lain-lain.
a) Peran dan Fungsi
Unsur Pokok Pembentuk Teater
Unsur-unsur teater dibedakan menjadi dua, yaitu unsur
pokok dan unsur tambahan. Namun, bukan berarti unsur-unsur tersebut bisa
dihilangkan. Penggunaan istilah pokok dan tambahan digunakan semata untuk
menentukan jumlah penggunaannya pada pertunjukkannya. Kalau kita anggap teater
itu sebagai nasi goreng, maka unsur pokoknya adalah nasi, garam, minyak,
sedangkan unsur tambahannya adalah sayur atau daging yang ditambahkan untuk
menambah kelezatan nasi goreng. Unsur pokok teater meliputi: cerita/naskah,
sutradara, pemain, dan penonton. Unsur tambahannya meliputi penata lampu,
penata rias/kostum, penata suara/musik, penata panggung/dekorasi.
o Cerita
Kesusastraan (prosa dan
puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Karena pemaparannya
menempuh lajur rekaan imajinasi, seluruh aspek itu terlihat semu. Sastra
merefleksikan fenomena hidup beragam dan mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa
penulisnya. Refleksi itu menjadi bahan penting dalam pembentukan cerita.
Refleksi itu berupa peristiwa-peristiwa yang memiliki hubungan erat dengan
masyarakat. Walaupun dilahirkan melalui imajinasi, peristiwa-peristiwa itu
adalah konkret. Einstein penemu teori relativitas yang juga suka main biola pun
pernah berucap, “Imagination is more
important than knowledge”. Maka itu, cerita sangat penting dalam teater,
terutama berfungsi sebagai imaji bagi pembuatan unsur-unsur teater lainnya.
o Naskah
Naskah turut membangun teater. Naskah adalah bentuk fisik atau media untuk
tumbuh dan berkembangnya sebuah cerita.
Fungsi naskah adalah
a. Mengilhami para interpretative artistik
b. Mensuplai kata-kata pada pemeran
Unsur-unsur pokok
naskah :
1.Tema adalah ide filsafat yang ada dalam suatu drama.
Tema ini suatu dasar kesatuan (unity) dalam drama.
2.Plot adalah rangkaian peristiwa
cerita pada naskah, meliputi insiden permulaan, penanjakan laku, klimaks, penurunan
laku, dan katastrope/solusi.
3.S e t t i n g adalah
penempatan ruang dan waktu.
4.Dialog merupakan tuntunan dalam seni teater. Dialog-dialog yang dilakukan
pemain haruslah mendukung karakter dan melaksanakan plot dari lakon/cerita.
5.Tokoh adalah sosok pemeran yang mengalami peristiwa cerita. Oleh pengarang,
cerita selalu diberi watak. Sebab perwatakan itu merupakan penampilan keseluruhan.
Tokoh cerita yang
terdapat dalam naskah dapat dibagi sebagai berikut :
a.
Protagonis
: peran utama, yang merupakan pusat/sentral dari cerita
b. Antagonis : peran melawan, dimana dia sering kali menjadi musuh yang
menyebabkan konflik terjadi.
c. Tritagonis : peran penengah, bertugas menjadi pendamai atau pengantara
protagonis dengan antagonis
d. Peran Pembantu : peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik
yang terjadi, tetapi ia diperlukan dalam menyelesaikan cerita.
o Sutradara
Sutradara adalah pimpinan artistik yang tinggi. Dialah yang menafsirkan
naskah untuk diterjemahkan menjadi pertunjukan di pentas.
Fungsi Sutradara :
1.
Memilih
naskah didasarkan atas pertanggung jawaban dari segi falsafi, artistik, etis,
dan segi komersial.
2.
Menentukan
pokok penafsiran dilakukan dengan mengadakan rapat, membicarakan seluk beluk
lakon yang dipimpin oleh sutradara.
3.
Memilih
pemain dilakukan dengan casting
(proses membuang pemain yang tidak sesuai dengan pokok penafsiran).
4.
Bekerja
dengan staf yang dipilihnya karena mempunyai pengalaman yang luas, tanpa
terikat oleh konsep sutradara..
5.
Melatih
pemain dengan menentukan hari-hari latihan setelah berbincang-bincang dengan
pemain..
6.
Mengkoordinasi
setiap bagian dengan selalu berada ditengah-tengah aktor yang berlatih untuk
menghubungkannya dengan unsur lain.
Sebagai seorang
sutradara, seniman teater, ia dituntut kadar pengetahuannya tentang :
1.
Aspek
kultural : wawasan masalah kebudayaan.
2. Aspek artistik : wawasan masalah kesenian.
3. Aspek teatral :
pengetahuan tentang pentas.
4. Aspek literer :
menguasai masalah sastra
Sutradara adalah pemimpin. Seorang pemimpin layak juga menjadi pengasuh dan
pembimbing. Ia adalah guru yang menguasai masalah budaya dengan terampil.
Langkah penyutradaraan:
Mula-mula ia harus punya naskah sendiri bagian blangko. Kemudian harus mempunyai gambaran mengenai panggung dalam catatan. Di samping
hal tersebut di atas, tentunya sutradara sebelum melangkah menuju latihan tidak
lupa memilih naskah dulu, menentukan pokok penafsiran, memilih pemain, bekerja
dengan staf, baru melatih pemain yang disertai dengan mengkoordinasi setiap
bagian.
o Pemain
Dalam pertunjukan
teater, pemain memgang peran penting, sebab bersentuhan langsung dengan
penonton ketika pertunjukkan berlangsung. Keberhasilan pemain tidak serta merta
dikatakan hasil pimpinan sutradara, melainkan pemain harus berlatih sendiri
secara berkesinambungan untuk mengembangkan diri menjadi aktor. Pemain harus
menguasai teknik bermain yang tidak mungkin hanya didapat dari sutradara.
Teknik bermain (Acting) merupakan
unsur penting bagi pemain (Aktor). Aktor dibedakan menjadi dua yaitu: pemain
alam dan pemain bukan alam (buatan). Pemain alam mengetahui itu tanpa ada yang
mengajarinya secara teratur dan juga barangkali tanpa membaca buku penuntun.
Sedangkan pemain bukan alam mengetahui acting lewat pengajaran oleh seorang
guru, atau dengan jalan berguru pada buku penuntun. Kedua jenis pemain ini
berbeda, tetapi mereka disarankan untuk mengetahui seluk-beluk teknik bermain
(Acting).
Cara mencapai hasil dalam menyampaikan sang seni dan sang ilham kepada
orang lain, inilah yang disebut teknik dalam kesenian. Teknik ini ada yang unik
dan ada yang umum. Teknik yang unik timbul dari pribadi seorang seniman yang
memang unik. Orang lain bisa mempelajari karena mengaguminya, tetapi apabila ia
lalu menggunakannya, maka itu berarti ia meniru atau terpengaruh, dan apa yang
semula unik, lalu menjadi tidak unik lagi. Teknik umum yang sifatnya dasar,
bisa dipakai, maka akan memberikan hasil yang umum dan tidak bisa dipakai secara
umum. Bila dipakai, maka akan memberikan hasil yang umum dan
tidak unik. Namum demikian teknik yang umum ini selalu penting dalam hidup
setiap seniman, karena, meskipun sederhana, sangat dasar sifatnya. Teknik yang
umum menyebabkan seniman merasa yakin dalam membawakan dirinya dalam
keseniannya, selalu dapat menguasai yang ia ajak berkomunikasi, karena ia
menguasai alat komunikasinya, atau dengan kata lain membuat ia menjadi fasih.
Tapi perlu dicatat, hanyalah dengan teknik yang unik ia bisa memancarkan pribadinya.
Demikian kedudukan teknik dalam kesenian, dan demikian pula kedudukan teknik
bermain dalam seni seorang pemain. Dalam kritik-kritik seni sering menempatkan
teknik bermain (acting) secara berlebih-lebihan. Penulis hanya menyarankan
untuk meletakkan dalam kedudukan yang wajar saja. Sang seni dan sang ilham,
tanpa teknik, hanya akan menjadi gairah yang asik tapi tidak komunikatif.
Barangkali ia akan sampai sebagai sesuatu yang kacau, atau bertele-tele, atau
sama sekali tidak punya daya tarik. Sebaliknya, hampir setiap orang bisa
mempelajari dan menghafalkan teknik seni bermain yang sudah disusun dan
diajarkan, namun tanpa sang seni dan sang ilham ia tak akan mampu menyajikan
seni bermain yang baik, karena ia hanya akan sampai pada efek-efek tanpa keindahan
dan gubahan yang unik. Hanya dalam hasil kesenian yang buruk teknik itu nampak
berlebihan atau kurang. Dlam hasil kesenian yang baik teknik sudah menyatu di
dalam intuisi sang seniman, sehingga, dalam hal ini, teknik ini menjadi
sepontanitas yang secara otomatis teratur dan sadar bentuk. Dengan kata lain ia
tidak lagi merupakan bagian terperinci, melainkan sudah menjadi unsur yang
padu.
o Penonton
Penonton berperan sebagai apresiator dan penilai drama. Dalam melaksanakan
perannya, penonton dipengaruhi oleh latar belakangnya.
Latar belakang penonton :
a. Penonton peminat.
b. Penonton iseng.
c. Penonton penasaran .
Ketika menonton sebuah pertunjukkan teater, penonton menanam
keinginan-keinginan yang diharapkan ada pada pertunjukan teater. Penonton ingin memperoleh
:
1.Kejutan-kejutan.
2.Aktualitas.
3.Penjagaan nilai.
4.Memanfaatkan kekuatan yang ada pada penonton.
5.Rasa percaya terhadap
dramanya.
6.Adanya pandangan yang
kritis.
b)
Keterkaitan unsur pokok pembentuk teater dalam menyampaikan pesan melalui
sebuah pertunjukan
Teater merupakan kisah
kehidupan manusia yang disusun untuk
ditampilkan sebagai pertunjukkan di atas pentas oleh para pelaku dengan dan
ditonton oleh publik (penonton). Baru dapat disebut seni pertunujukan teater
apabila sudah dipentaskan,dan teater selalu bersifat “Aktor oriented”
(berorientasi pada pelaku pemain). Akan tetapi, unsur-unsur pokok lain juga
berperan penting dalam pembentukan teater. Unsur-unsur pokok yang terlibat
dalam penyampaian pesan melalui pertunjukkan adalah penulis dan sutradara.
Unsur-unsur pokok itu
saling terkait dalam memahami tanda-tanda kehidupan, simbol-simbol norma,
tanda-tanda kebahasaan, simbol-simbol kejahatan, dan sebagainya. Hal-hal
tersebut dirangkai oleh penulis naskah dan
dibawakan oleh aktor di atas panggung untuk disampaikan kepada penonton.
Dialog dan lakuan aktor di atas panggung tanpa ada motivasi yang diresepsi
dari tanda dan simbol kehidupan tidak akan bermakna. Lebih tidak bermakna
lagi jika lakuan aktor tidak dapat diinterpretasi atau diterima penonton sebagai
respon dalam sebuah proses komunikasi. Teater sebagai sebuah seni pertunjukan
tidak telepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang
merupakan bahan bakar penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater lainnya
akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan.
Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut oleh banyak
ilmuwan diyakini sebagai dasar dari semua komunikasi. Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain
melalui penggunaan simbil-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka
dan lain-lain.
John Powers, dalam
usahanya untuk mengembangkan berbagai
macam cabang disiplin komunikasi, menegaskan bahwa yang paling penting dalam komunikasi
adalah pesan. Menurut Powers, pesan memiliki tiga unsur
yaitu: tanda dan simbol, bahasa, dan wacana. Teater sebagai sebuah karya seni
pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan, tentang norma, tentang kebaikan,
keburukan, kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di
atas panggung. Charles Morris, pakar semiotik dalam berbagai tulisannya menunjukkan
bahwa seluruh tindakan manusia melibatkan tanda dan makna dalam berbagai macam
cara yang menarik perhatian. Setiap ada tindakan
orang akan menjadi sadar terhadap tanda, menginterpretasikan tanda dan
kemudian memutuskan bagaimana cara meresponnya. Simbol-simbol dari penulis
naskah yang dibawakan oleh aktor melalui interpreatsi sutradara berfungsi untuk
mengkomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk. Oleh Susane Langer
konsep disebut makna yang dipegang bersama antara para komunikator, tetapi
masing-masing komunikator juga akan memiliki kesan atau makna pribadi yang
mengisi gambaran umum tersebut. Kesan pribadi merupakan konsepsi orang
tersebut. Makna terdiri atas konsepsi pribadi individu dan konsep umum yang
dipegang bersama-sama dengan orang-orang lain. Misalnya, karakter tokoh
Jumena dalam naskah Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C Noor yang menjadi
sumber inspirasi penulis dalam penciptaan teater penuh dengan simbolsimbol
makna pribadi maupun makna umum. Makna umum dalam naskah
tersebut dapat diakses oleh siapa saja yang membacanya, mempelajarinya
atau memainkannya. Makna merupakan kesan yang diakui secara umum. Jumena adalah
tokoh yang memiliki watak dasar pendirian yang kuat, pendirian yang kuat
inilah yang menjadikan ketidakyakinan Jumena terhadap segala sesuatu
meski disisi lain Jumena adalah sosok yang religius. Makna pribadi adalah
makna yang dimiliki Arifin C Noor terhadap Jumena dan orang-orang lain
yang telah mempelajarinya termasu penulis.
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa teater sebagai sebuah seni pertunjukan memiliki keterkaitan
antarunsur pokok, seperti naskah, sutradara, dan aktor untuk menyampaikan aspek
tanda dan simbol sebagai pesan yang ingin disampaikan dalam kerangka proses
komunikasi.
c)
Kerjasama antar unsur penyampai pesan (cerita, sutradara, pemain) agar
makna pesan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan (penonton)
Kerjasama antar unsur pokok (cerita, sutradara, pemain) sangat diperlukan
untuk menyampaikan pesan agar pesan dapat diterima dengan baik oleh penerima
pesan (penonton). Kerjasama tersebut bisa diwujudkan dalam kegiatan berikut:
- diskusi penafsiran naskah.
- pemilihan pemain
- pertemuan dalam merancang
pergelaran
- pertemuan pembagian tugas/peran
- latihan-latihan
- gladi
- pertunjukkan
- pertanggungjawaban pertunjukan
d)
Kerjasama unsur pokok dan pendukung (tata panggung, busana, rias, cahaya,
suara, dan musik ilustrasi) dalam mempertegas makna pesan yang akan disampaikan
Ketika rencana pergelaran telah dibuat, sutradara sebagai manajer artistik
menugaskan unsur-unsur pendukung untuk mengeksplorasi diri. Eksplorasi ini
dilakukan oleh penata panggung, penata busana, penata rias, penata cahaya,
penata musik, dan penata musik ilustrasi sesuai dengan penafsiran yang telah
disepakati, seperti bentuk pertunjukkan, jenis pertunjukkan, aliran
pertunjukkan dan sebagainya. Kesepakatan ini dicoba oleh unsur-unsur pendukung.
Penata panggung misalnya mengeksplorasi diri dengan membuat rumah untuk aliran
teater realis. Contoh lain, misalnya penata rias mengeksplorasi diri dengan
merias wajah orang lain dengan jenis rias korektif atau rias karakter untuk
menemukan bentuk rias yang tepat bagi bentuk pertunjukan teater gerak. Setiap
unsur pendukung tidak hanya datang menonton pemain dan sutradara dalam
berlatih. Setiap unsur pendukung harus datang untuk mencatat
perubahan-perubahan laku adegan yang dilakukan sutradara. Oleh karena itu,
setiap unsur memiliki buku catatan sendiri.
Buku catatan diperlukan agar setiap perubahan didokumentasikan sehingga
ketika sutradara mengkhendaki kembali ke bentuk awal, unsur-unsur lain siap
mengikutinya. Perubahan-perubahan yang dicatat juga akan mempermudah pekerja
teater untuk menggarap naskah lain. Selanjutnya akan muncul pertanyaan,
“Mengapa sutradara berubah-ubah dalam memimpin latihan teater?”
Sutradara yang kreatif memiliki pengetahuan dan pengalaman yang beragam.
Ketika melatih pemain, sutradara selalu mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan berikut ini:
- masyarakat yang akan menonton
- bentuk panggung
- alat-alat yang tersedia
- variasi dalam mementaskan
sebuah naskah
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, sutradara selalu melatihkan
setiap unsur agar terbiasa dengan perubahan. Alasan satu-satunya yang
menyebabkan sutradara melakukan perubahan bahwa teater adalah bentuk kesenian yang hidup dan tiada batas.
Dengan pemahaman tersebut, maka sutradara berusaha bekerja sama dengan
unsur-unsur lain untuk selalu menampilkan yang berbeda pada waktu berbeda
meskipun pemain dan naskah yang digarap sama.
RANGKUMAN
ü
Setiap unsur pembentuk teater memiliki peran dan fungsi dalam pertunjukan teater.
ü
Setiap unsur pokok pembentuk
teater memiliki keterkaitan dalam menyampaikan pesan melalui sebuah pertunjukan.
ü
Setiap unsur pokok pembentuk teater bekerjasama untuk penyampaikan pesan agar makna pesan dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan (penonton)
ü
Unsur pokok dan pendukung (tata
panggung, busana, rias, cahaya, suara, dan musik ilustrasi) bekerjasama dalam
mempertegas makna pesan yang akan disampaikan.
Tes Formatif 8
1. Sebutkan 2 peran sutradra dalam
latihan/persiapan pertunjukan teater!
2. Sebutkanlah
bagian-bagian naskah drama!
3. Jelaskanlah
keterkaitan antara naskah dan sutradara!
4. Jelaskanlah
kerjasama antara pemain dan penata rias!
5. Mengapa unsur-unsur teater bekerjasama dalam
menyampaikan pesan kepada penonton?