Menjadi Telur yang
Hendak Menetas
Juara
III Menulis Artikel SMA/SMK Se-Bali
Universitas Ganesha
Jika
mencari orang pintar, itu perkara mudah, tetapi bagaimana jika disuruh mencari
orang smart? Mungkin agak susah, susah-susah mudah, atau
sangat susah mencari orang smart.
Bahkan, tidak mudah membedakan antara orang smart dengan orang pintar. Apakah
menurutmu orang pintar dan orang smart adalah
orang yang sama? Banyak orang beranggapan bahwa orang smart dan orang pintar itu sama. Banyak orang pula justru telah
memberi batas yang jelas antara orang
pintar dan orang smart. Mereka
beranggapan keduanya berbeda jauh. Apa perbedaannya?
Menjadi kaum
intelektual adalah cita-cita yang luhur. Menjadi seorang yang intelektual
adalah tujuan setiap orang. Bung Hatta menyebutkan sebagai kaum Intelensia.
Kaum intelektual menempati strata sosial lebih tinggi di Indonesia. Memiliki
tanggung jawab untuk menjadikan Indonesia lebih baik menjemput keunggulan dan
bukan mengejar ketertinggalan.
Berbagai pendapat tentang kaum intelektual ini
tidak mudah ditafsirkan apakah merujuk orang pintar atau orang smart.
Padahal dari kutipan itu, intelektualitas memberi janji yang lebih baik bagi
seorang individu dalam berinteraksi dengan orang lain (interaksi sosial).
Mengapa pernyataan ini disampaikan? Apakah intelektualitas menjadi cita-cita
yang mulia gara-gara janji itu? Atau ini justru menjadi harapan semua orang
bahwa kaum intelesia akan mampu menjemput keunggulan karena dianggap kaum
intelesia belum menggunakan kemampuannya dalam membangun Indonesia.
Di dalam masyarakat sekarang, kaum intelektual
belum menjadi orang yang menarik. Ada pandangan yang mengatakan,
intelektualitas yang tinggi sering dijadikan tolak ukur untuk menilai
seseorang. Dengan intelektualitas yang tinggi, orang akan mudah mendapatkan
pekerjaan. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, orang akan mudah mencapai
keinginannya. Mereka mudah mencapai tujuan yang dicita-citakan. Namun
kebanyakan dari orang yang dengan inteltualitas tinggi justru kelihatan
sederhana. Pekerjaan yang mereka dapatkan hanya pekerjaan kecil yang sedikit
pengaruhnya. Hampir semua orang dengan intelektual yang tinggi hanya mengambil
pekerjaan yang sudah ada, sudah mapan, sudah stabil, dan hanya sedikit
tantangan. Jarang orang berintelektual tinggi menciptakan pekerjaan atau karya
yang belum ada (inovatif). Orang tipe inilah yang sering disebut-sebut sebagai
seorang intelek, orang pintar.
Orang smart dianggap sebagai orang yang
unik. Mereka bisa hidup dengan keterbatasan intelektual. Mereka justru mampu
menciptakan hal-hal yang baru dalam pertahanan hidup. Di bumi ini, sudah
terlalu banyak orang pintar. Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir di
atas rata-rata. Bahkan sudah lebih dari yang dibutuhkan. Namun ironis,
orang-orang itu tidak mampu membuat telur menjadi ayam. Mereka hanya tahu ayam
itu terlahir dari telur. Namun, orang-orang yang smart dapat mengubah telur menjadi ayam. Orang pintar adalah
orang-orang yang menunggu ayam mengerami dan menetaskan telur-telur mereka,
sedangkan orang smart adalah
orang-orang yang mengambil telur ayam dan menetaskannya sendiri. Dengan
berbagai cara yang tidak terpikirkan oleh kemapanan intelektual, mereka
berhasil bahkan populer.
Orang-orang yang smart dapat meraup keuntungan sebanyak-banyaknya hanya dengan
melihat sedikit pintu yang terbuka di hadapannya. Namun, jangan samakan orang smart dengan pencuri yang meneylinap di
rumah yang pintunya terbuka. Maksudnya di sini adalah, orang yang smart itu mampu menciptakan sesuatu yang
“wahh” hanya dengan sedikit peluang yang dianggap remeh oleh orang-orang
pintar. Seperti yang diutarakan tadi, orang smart mampu
mengambil telur dan menetaskannya. Bukan
berarti mereka yang mengerami telur-telur itu, melainkan mereka bisa menemukan
cara-cara untuk meretaskannya. Cara-cara yang dipilih orang smart kadangkala pada awalnya aneh, agak
gila, dan kadang-kadang juga di luar logika. Orang smart akan berusaha membuat sesuatu yang unik yang mampu menetaskan
telur-telur tanpa membuang waktu dengan menggurusi ayam yang sedang mengerami
telurnya. Kadang-kadang, orang smart
terlihat tidak bertanggung jawab karena setelah telur itu meretas, mereka
kurang tertarik melakukan rutinitas, maka mereka menyerahkan tanggung jawab
memelihara kepada orang pintar. Orang smart sangat diperlukan pada tahap-tahap
awal dan tahap yang sulit dalam kehidupan. Ia lebih tertarik menemukan daripada
menggunakan penemuan itu dalam rutinitas yang membosankan. Mereka kurang
tertarik mengerjakan sesuatu yang telah mapan. Inilah yang disebut memanfaatkan
peluang, menjadi telur yang hendak menetas, tidak peduli bagaimana suasana
diluar cangkang telur.
Oleh
Ni Komang Putri Krisna Dewi (Siswi SMK N 3 Singaraja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar