Jumat, 08 Agustus 2014

Menjadi Telur_Artikel



Menjadi Telur yang Hendak Menetas
Juara III Menulis Artikel SMA/SMK Se-Bali
Universitas Ganesha

Jika mencari orang pintar, itu perkara mudah, tetapi bagaimana jika disuruh mencari orang smart?  Mungkin agak susah, susah-susah mudah, atau sangat susah mencari orang smart. Bahkan, tidak mudah membedakan antara orang smart dengan orang pintar. Apakah menurutmu orang pintar dan orang smart adalah orang yang sama? Banyak orang beranggapan bahwa orang smart dan orang pintar itu sama. Banyak orang pula justru telah memberi batas yang jelas antara  orang pintar dan orang smart. Mereka beranggapan keduanya berbeda jauh. Apa perbedaannya?
  Menjadi kaum intelektual adalah cita-cita yang luhur. Menjadi seorang yang intelektual adalah tujuan setiap orang. Bung Hatta menyebutkan sebagai kaum Intelensia. Kaum intelektual menempati strata sosial lebih tinggi di Indonesia. Memiliki tanggung jawab untuk menjadikan Indonesia lebih baik menjemput keunggulan dan bukan mengejar ketertinggalan.
Berbagai pendapat tentang kaum intelektual ini tidak mudah ditafsirkan apakah merujuk orang pintar atau orang smart. Padahal dari kutipan itu, intelektualitas memberi janji yang lebih baik bagi seorang individu dalam berinteraksi dengan orang lain (interaksi sosial). Mengapa pernyataan ini disampaikan? Apakah intelektualitas menjadi cita-cita yang mulia gara-gara janji itu? Atau ini justru menjadi harapan semua orang bahwa kaum intelesia akan mampu menjemput keunggulan karena dianggap kaum intelesia belum menggunakan kemampuannya dalam membangun Indonesia.
Di dalam masyarakat sekarang, kaum intelektual belum menjadi orang yang menarik. Ada pandangan yang mengatakan, intelektualitas yang tinggi sering dijadikan tolak ukur untuk menilai seseorang. Dengan intelektualitas yang tinggi, orang akan mudah mendapatkan pekerjaan. Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, orang akan mudah mencapai keinginannya. Mereka mudah mencapai tujuan yang dicita-citakan. Namun kebanyakan dari orang yang dengan inteltualitas tinggi justru kelihatan sederhana. Pekerjaan yang mereka dapatkan hanya pekerjaan kecil yang sedikit pengaruhnya. Hampir semua orang dengan intelektual yang tinggi hanya mengambil pekerjaan yang sudah ada, sudah mapan, sudah stabil, dan hanya sedikit tantangan. Jarang orang berintelektual tinggi menciptakan pekerjaan atau karya yang belum ada (inovatif). Orang tipe inilah yang sering disebut-sebut sebagai seorang intelek, orang pintar.
Orang smart dianggap sebagai orang yang unik. Mereka bisa hidup dengan keterbatasan intelektual. Mereka justru mampu menciptakan hal-hal yang baru dalam pertahanan hidup. Di bumi ini, sudah terlalu banyak orang pintar. Orang-orang yang memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata. Bahkan sudah lebih dari yang dibutuhkan. Namun ironis, orang-orang itu tidak mampu membuat telur menjadi ayam. Mereka hanya tahu ayam itu terlahir dari telur. Namun, orang-orang yang smart dapat mengubah telur menjadi ayam. Orang pintar adalah orang-orang yang menunggu ayam mengerami dan menetaskan telur-telur mereka, sedangkan orang smart adalah orang-orang yang mengambil telur ayam dan menetaskannya sendiri. Dengan berbagai cara yang tidak terpikirkan oleh kemapanan intelektual, mereka berhasil bahkan populer.
   Orang-orang yang smart dapat meraup keuntungan sebanyak-banyaknya hanya dengan melihat sedikit pintu yang terbuka di hadapannya. Namun, jangan samakan orang smart dengan pencuri yang meneylinap di rumah yang pintunya terbuka. Maksudnya di sini adalah, orang yang smart itu mampu menciptakan sesuatu yang “wahh” hanya dengan sedikit peluang yang dianggap remeh oleh orang-orang pintar. Seperti yang diutarakan tadi, orang smart mampu mengambil telur dan menetaskannya.  Bukan berarti mereka yang mengerami telur-telur itu, melainkan mereka bisa menemukan cara-cara untuk meretaskannya. Cara-cara yang dipilih orang smart kadangkala pada awalnya aneh, agak gila, dan kadang-kadang juga di luar logika. Orang smart akan berusaha membuat sesuatu yang unik yang mampu menetaskan telur-telur tanpa membuang waktu dengan menggurusi ayam yang sedang mengerami telurnya. Kadang-kadang, orang smart terlihat tidak bertanggung jawab karena setelah telur itu meretas, mereka kurang tertarik melakukan rutinitas, maka mereka menyerahkan tanggung jawab memelihara kepada orang pintar.  Orang smart sangat diperlukan pada tahap-tahap awal dan tahap yang sulit dalam kehidupan. Ia lebih tertarik menemukan daripada menggunakan penemuan itu dalam rutinitas yang membosankan. Mereka kurang tertarik mengerjakan sesuatu yang telah mapan. Inilah yang disebut memanfaatkan peluang, menjadi telur yang hendak menetas, tidak peduli bagaimana suasana diluar cangkang telur.

Oleh Ni Komang Putri Krisna Dewi (Siswi SMK N 3 Singaraja)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar