29 NOVEMBER sd 12 DESEMBER 2015\PPPTK YOGYAKARTA
TEMPAT: QUEST HOTEL
JL. MAHENDRADATA NO. 93 DENPASAR BALI 80117
TELP. (0361) 4717000 FAX. (0361) 4717111
OLEH: EKO SANTOSO, S.Sn.
1. PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
PEMBELAJARAN
1. Pendekatan
Saintifik
a. Esensi
Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah
Proses
pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum
2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan
saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja
yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif
(inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning).
Penalaran
deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya,
penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan.Sejatinya, penalaran induktif menempatkan
bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah
umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk
kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk
dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method
of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat
diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang
spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas
pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau
data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
b.
Langkah-langkah Pembelajaran
dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran terdiri
atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
·
mengamati;
·
menanya;
·
mengumpulkan
informasi;
·
mengasosiasi;
dan
·
mengkomunikasikan.
1). Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
-
Menentukan objek apa yang akan
diobservasi
-
Membuat pedoman observasi sesuai
dengan lingkup objek yang akan diobservasi
-
Menentukan secara jelas
data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
-
Menentukan di mana tempat objek yang
akan diobservasi
-
Menentukan secara jelas bagaimana
observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
-
Menentukan cara dan melakukan
pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera,
tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya.
2). Menanya
Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari siswa. Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Menanya dapat juga tidak diungkapkan, tetapi dapat saja ada di dalam pikiran peserta didik. Untuk memancing peserta didik mengungkapkannya guru harus member kesempatan mereka untuk mengungkapkan pertanyaan. Kegiatan bertanya oleh guru dalam pembelajaran juga sangat penting, sehingga tetap harus dilakukan.
Fungsi
bertanya
a) Membangkitkan
rasa ingin tahu, minat, dan perhatian
peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
b) Mendorong
dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c) Mendiagnosis
kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari
solusinya.
d) Menstrukturkan
tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan.
e) Membangkitkan
keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi
jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f)
Mendorong partisipasi peserta didik
dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik
simpulan.
g) Membangun
sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
h) Membiasakan
peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan
yang tiba-tiba muncul.
i)
Melatih kesantunan dalam berbicara
dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
Kriteria
pertanyaan yang baik
Kriteria pertanyaan yang baik adalah:
singkat
dan jelas, menginspirasi
jawaban, memiliki fokus, bersifat probing atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi
Tingkatan
Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta
didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami
kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih
tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih
rendah hingga yang lebih tinggi.
3). Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba)
Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan
pembelajarannya antara lain:
·
melakukan
eksperimen;
·
membaca
sumber lain selain buku teks;
·
mengamati
objek/ kejadian/aktivitas; dan
·
wawancara
dengan narasumber.
Untuk memperoleh hasil belajar yang
nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan
lancar (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan
murid, (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan, (3)
Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan
eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7) Murid melaksanakan
eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid
dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
4). Mengasosiasi/ Mengolah informasi
Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi
terdapat kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran
adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran
nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.Istilah menalar di sini merupakan
padanan dari associating; bukan
merupakan terjemanan dari reasoning,
meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan
ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi
pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta
didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
a) Guru menyusun bahan
pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b) Guru tidak banyak menerapkan
metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi
singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun
dengan cara simulasi.
c) Bahan pembelajaran disusun
secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan
rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
d) Kegiatan pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
e) Seriap kesalahan harus segera
dikoreksi atau diperbaiki
f)
Perlu
dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan atau pelaziman.
g) Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
h) Guru mencatat semua kemajuan
peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
5). Mengomunikasikan
Dalam
kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar
teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan
filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerja
sama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa
untuk memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran
kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau
manajer belajar.Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Peserta
didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan
atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman
sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar
secara bersama-sama.
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat
berkenaan
dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan
dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat
keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dengan pembelajaran kolaboratif,
peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan
membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan
konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya
dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai
pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara
rijid. Pada
pembelajaran atau kelas
kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya
untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman
mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa,
mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis
serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan
bermakna.
Contoh Pembelajaran
Kolaboratif
Guru ingin mengajarkan tentang konsep,
penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang objek. Untuk
keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu (card sort). Prosedurnya
dapat dilakukan seperti berikut ini.
·
Kepada
peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang
cocok dengan satu atau lebih katagori.
·
Peserta
didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu
dengan katagori yang sama.
·
Berikan
kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada
rekanhya.
·
Selama
masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan
dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.
Pemanfaatan Internet Pada
Pembelajaran Kolaboratif
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena memang, internet
merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi
yang luas dan mudah.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi
yang murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah
wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin
mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial.
Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke seluruh
informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima secepat
mungkin.
2. Penerapan
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
a. Konsep
Proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian.
Pembelajaran
adalah proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung
secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan
keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Prinsip
Pembelajaran
Proses
pembelajaran mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
·
Dari
peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
·
Dari
guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
belajar;
·
Dari
pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;
·
Dari
pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
·
Dari
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multi dimensi;
·
Dari
pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
·
Peningkatan
dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
·
Pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat;
·
Pembelajaran
yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani);
·
Pembelajaran
yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
·
Pembelajaran
yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa,
dan di mana saja adalah kelas.
·
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; dan
·
Pengakuan
atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
c. Deskripsi
1)
Perencanaan
Pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus yang disusun serta ditetapkan
secara nasional. Rancangan tersebut perlu dirancang/dijabarkan lebih lanjut
oleh guru ke dalam rencana pembelajaran
dalam bentuk program tahunan/semesteran. Adapun perencanaan pembelajaran secara
mikro dikenal sebagai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh
guru mata pelajaran dengan mengacu pada silabus.
RPP
dikembangkan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
memenuhi tuntutan KD, disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, konstektual dan
kolaboratif, serta memberikan ruang yang cukup dalam melakukan prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. RPP dibuat berdasar pasangan KD dari KI-3 dan
KD dari KI-4, dengan ketentuan sebagai berikut,
·
Satu pasangan KD dibuat dalam satu
RPP
·
Satu RPP dapat dibuat untuk satu
kali pertemuan atau lebih
a) Perumusan
indikator
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
dirumuskan dalam pernyataan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti (KI)-3 dan KI-4.
b) Perumusan
tujuan
Tujuan
pembelajaran mengandung unsur peserta didik (audience),
perilaku (behavior), kondisi (condition), dan kriteria (degree). Rumusan tujuan pembelajaran
harus mencerminkan keterikatan
antara sikap-sikap yang terkandung dalam KD dari KI-1 dan KD dari KI-2 yang dapat di pilih dan di bentuk melalui porses
pembelajaran KD-3 dan KD-4. Perumusan tujuan juga harus mencerminkan aspek
penilaian otentik berupa proses dan produk.
Rumusan
kriteria dalam tujuan pembelajaran berupa kriteria kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, kompetensi keterampilan. Kriteria dapat berupa perilaku, proses
atau produk yang dapat diamati dan atau diukur.
c) Langkah
pembelajaran
Langkah-langkah
pembelajaran berisikan pendekatan pembelajaran saintifik dan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik KD yang akan diajarkan.
2)
Pelaksanaan
Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran
berpendekatan saintifik harus dapat dipadukan secara sinkron dengan
langkah-langkah kerja (syntax) model
pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistimatis
untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip
reaksi dan sistem pendukung (Joice&Wells).
Tujuan penggunaan model
pembelajaran sebagai strategi bagaimana belajar yang membantu peserta didik
mengembangkan dirinya baik berupa informasi, gagasan, ketrampilan nilai dan
cara-cara berfikir dalam meningkatkan kapasitas berfikir secara jernih,
bijaksana dan membangun ketrampilan sosial serta komitmen (Joice & Wells).
Pada Kurikulum 2013
dikembangkan 3 (tiga) model pembelajaran utama yang diharapkan dapat membentuk
perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan.
Ketiga model tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning), dan model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning). Tidak
semua model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/materi pembelajaran.
Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran
tertentu pula. Demikian sebaliknya mungkin materi pembelajaran tertentu akan
dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu. Untuk itu
guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada
pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry
Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).
Rambu-rambu
penentuan model penyingkapan/penemuan:
a) Pernyataan KD-3 dan KD-4
mengarah ke pencarian atau penemuan;
b) Pernyataan KD-3 lebih
menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan faktual, konseptual, dan procedural;
dan
c) Pernyataan KD-4 pada taksonomi
mengolah dan menalar.
Rambu-rambu
penemuan model hasil karya
(Problem Based Learning dan Project Based Learning) dengan
kriteria:
a) Pernyataan KD-3 dan KD-4
mengarah pada hasil karya berbentuk jasa atau produk;
b) Pernyataan KD-3 pada bentuk pengetahuan
metakognitif;
c) Pernyataan KD-4 pada taksonomi
menyaji dan mencipta, dan
d) Pernyataan KD-3 dan KD-4 yang
memerlukan persyaratan penguasaan pengetahuan konseptual dan prosedural.
Masing-masing model
pembelajaran tersebut memiliki urutan langkah kerja (syntax) tersendiri, yang dapat diuraikan sebagai berikut.
a) Model
Pembelajaran Penyingkapan
(Penemuan dan pencarian/penelitian).
Model Discovery Learning adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi
bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut
disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the
mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B.
Sund dalam Malik, 2001:219).
(1) Sintaksis model Discovery Learning
(a)Pemberian
rangsangan (Stimulation);
(b)
Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
(c)
Pengumpulan data (Data Collection);
(d)
Pembuktian (Verification),
dan
(e)
Menarik kesimpulan/generalisasi (Generalization).
(2) Sintaksis model Inquiry Learning Terbimbing.
Model
pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian
melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice
& Wells, 2003).
Merupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya.
Sintak
/tahap model inkuiri meliputi:
(a)Orientasi
masalah;
(b)
Pengumpulan data dan verifikasi;
(c)
Pengumpulan data melalui eksperimen;
(d)
Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
(e)
Analisis proses inkuiri.
b)
Model Pembelajaran Hasil Karya
Problem Based Learning.
Merupakan pembelajaran yang
menggunakan berbagai kemampuan berfikir dari peserta didik secara individu
maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga
bermakna, relevan dan konstektual (Tan Onn Seng, 2000).
Tujuan PBL adalah untuk
meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep High
Order Thinking Skills (HOTS), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar
diri sendiri dan keterampilan (Norman
and Schmitdt).
(1) Sintaksis model Problem Based Learning dari Bransford
and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
(a)Mengidentifikasi
masalah;
(b)
Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah
dan menseleksi informasi-informasi yang relevan;
(c)
Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian
alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
(d)
Melakukan tindakan strategis, dan
(e)
Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh
dari solusi yang dilakukan.
(2) Sintaksis model Problem Based Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen,
2011:93) terdiri atas:
(a)
Merumuskan uraian masalah;
(b)Mengembangkan
kemungkinan penyebab;
(c)
Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
(d)Mengevaluasi.
c)
Model pembelajaran Project Based Learning (PJBL).
Pembelajaran otentik menggunakan proyek nyata
dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi yang tinggi, pertanyaan yang
menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi
yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya memecahkan masalah, (Barel, 2000
and Baron 2011)
Tujuan PJBL adalah meningkatkan motivasi
belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik
level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole
& Wasburn Moses, 2010).
Sintaksis/Tahapan Model
Pembelajaran Project Based Learning,
meliputi:
(1)
Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question);
(2)
Mendesain perencanaan proyek;
(3)
Menyusun jadwal (Create
a Schedule);
(4)
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the
Project);
(5)
Menguji hasil (Assess
the Outcome), dan
(6) Mengevaluasi
pengalaman (Evaluate the Experience).
Proses
pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik, meliputi lima
langkah sebagai berikut:
a) Mengamati, yaitu kegiatan siswa untuk
mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau,
pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu obyek dengan ataupun
tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan,
mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca
berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain.
Bentuk hasil belajar dari kegitan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
b) Menanya, yaitu kegiatan siswa untuk
mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu
obyek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat
pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya.
Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, nara sumber, Siswa lainnya dan
atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru sampai dengan siswa mandiri
sehingga menjadi suatu kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan
tulisan serta dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan
menyenangkan. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis.
Bentuk hasil belajar dari kegitan menanyai adalah siswa dapat merumuskan masalah dan menentukan hipotesis.
c) Mengumpulkan
data, yaitu
kegiatan siswa untuk mencari informasi sebagai bahan yang dapat dianalisis dan
disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan dapat dilakukan dengan cara membaca buku,
mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen),
wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Bentuk hasil belajar dari
kegitan mengumpulkan data adalah siswa
dapat menguji hipotesis.
d) Mengasosiasi, yaitu kegiatan Siswa dalam
bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan
tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi,
pengurutan (sorting), menghitung,
membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan
sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data
misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan.
Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan
hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat
ditarik kesimpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang
bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan
pengetahuannya. Bentuk hasil belajar dari kegitan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari
hipotesis.
e) Mengomunikasikan yaitu kegiatan Siswa dalam
mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan
kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan,
gambar, dan sejenisnya dengan bantuan
perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Bentuk
hasil belajar dari kegitan mengkomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian
hipotesis.
(**)
Bahan ajar
ini diambil dan disarikan dari:
Materi Pelatihan Kurikulum 2013 bagi Guru SMK
Tahun 2015, Peminatan SMK Bidang Keahlian Seni Pertunjukan, Program Keahlian
Seni Teater, Paket Keahlian Pemeranan,
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar