Minggu, 03 November 2019

Ulasan Teater

Dirah yang Kritis dan Artistik

Pembelaan Dirah yang dipentaskan di Santhi Lovina, Desa Kaliasem kemarin (3/11) oleh Cok Sawitri, menampilkan betapa kritis Dirah terhadap pemerintah yang berkuasa. Dirah dijadikan kambing hitam atas kematian penduduk. Dirah yang dituduh meracuni warga dengan meracuni sungai, mengadakan pembelaan diri.

Ajaran Tantra yang dipelajarinya menjadikan Dirah sebagai sosok ibu dan guru yang penuh kasih sayang. Manalah mungkin Dirah membunuh warga? Itulah yang ditekankan Dirah untuk mengagungkan gurunya, Dewi Durga karena ilmu ibu dari Durga telah menjadikan Dirah sebagai guru yang dihormati oleh pengikutnya. Di hadapan orang banyak, Dirah menyampaikan bahwa dirinya tidak pernah menebar racun ke sungai. Untuk meyakinkan banyak orang dia bersumpah. Jika ia menggunakan ajaran Tantra Yana sebagai hal yang membuat keburukan, maka ia bersumpah anak keturunannya akan mengalami sakit. Jika Tantra Yana telah dilkukan dengan baik, maka anak keturunanya akan selalu selamat karena dilindungi oleh Durga.

Yang tampak menarik dalam pertunjukan itu, adalah latarnya yang menakjubkan. Alam yang digerakkan para dewa, tampak memberi anugrah kepada Cok Sawitri. Angin tiba-tiba datang sesuai suasana hati Dirah. Pepohonan bergerak seperti memahami curahan hati Dirah. Lampu dengan intensitas yang sangat lembut membuat perhatian penonton hanya terpaku pada satu perhatian, yakni Dirah. Artistik yang luar biasa! Saya tidak bisa berkata apalagi. Saya membayangkan berada di nirwna saat menyksikan pertunjukan itu.
Jika Cok Sawitri pentas lagi, saya akan berusaha menonton. Saya sangat bahagia menonton pertunjukan itu!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar