Kamis, 13 Mei 2010

Resapan Air ke Akarmu

Senantiasa kau ulurkan tanganmu. Sejenak kau panggil aku sembari menutup mata. Kau tampak malu. Aku melihat sulurmu meliuk-liuk dan menerkamku. Aku seperti bulan. PAdahal, aku matahari yang bisa membakarmu kapanpun jika aku mengkhendaki. Seperti bulan, aku mendinginkanmu. Kau semakin bertingkah tidak wajar. Kau bernyanyi walau menggigil. Seoralh-olah kau tidak punya derita. Wajahmu dingin. Alismu tampak lebih sedikit dari biasanya yang kulihat. Matamu semakin sipit, tetapi bukan karena kau kepanasan. Kau kedinginan. Bibirmu tampak putih. Lekuk tubuhmu semakin jelas, sebab kau menyanyi sambil menari saat dingin menyergapmu saat kau malu. Aku mungkin salah memperkirakan. Aku tahu kau tidak malu. Akulah yang salah menilai. Aku menganggap diriku matahari, teapi kau lebih bijak, menganggapku hanya sungai kecil yang mengirim resapan air ke akarmu. Sulur yang manis, terima kasih kau titipkan lukamu kepada dingin.

1 komentar: